Saya ingat betul kata-kata guru saya di Madrasah ketika
mengajari kami salat berjamaah. Tiap kali melihat kami, para muridnya, berbaris
renggang, Ia akan selalu meminta kami merapatkan barisan. Bahu bertemu bahu,
kaki bertemu kaki.
'Jangan sampe ada ruang. Nanti diisi setan,' ujarnya.
Tampaknya, memang sudah sunnatulloh, setan hobinya
mengisi ruang kosong. Seperti contohnya pesan Nabi untuk menuntup jamban atau
ember saat kita tinggal tidur agar nggak diisi setan.
Juga, pesan orang tua kita agar jangan melamun dan
membiarkan otak dan hati kosong sehingga diisi setan dan membuat kesurupan.
Tak beda juga dengan pesan senior-senior kita yang sudah
sukses menikah bertahun-tahun untuk selalu menjaga dan memperbaharui komunikasi
rumah tangga. Agar tak ada jeda yang dapat menimbulkan salah komunikasi tempat
setan bisa menghuni.
Tampaknya saat ini pesan untuk menjaga agar nggak ada ruang
kosong atau jeda harus kita sematkan ke diri kita, sesama umat muslim. Umat yang selalu mengaku sebagai umat penutup zaman, umat terbaik di
bawah panji ajaran Muhammad SAW.
Sudah saatnya kita melirik jeda dan ruang-ruang kosong
yang ada antara kita. Jeda dan ruang-ruang kosong yang kita ciptakan sendiri
akibat keangkuhan kita mengganggap diri golongan kita yang terbaik, paling suci, paling benar,
paling sesuai tuntunan Nabi, sementara golongan lain adalah para munafik,
kafir, bidah, sesat, dan lain sebagainya.
Jeda dan ruang-ruang kosong yang membuka kesempatan untuk sebagian dari kita mencari kedamaian dengan cara menafsirkan sendiri, mencampurnya
dengan pemahaman lain, akibat merasa terkucil dan terbuang.
Jeda dan ruang-ruang kosong inilah tempat yg kemudian
setan masuki mewujud sebagai sosok kejam tak berperasaan yang membunuh orang
lain. Jeda dan ruang-ruang kosong inilah yg membuat umat yang tersebar di
seantero dunia ini rapuh dan lemah terfitnah.
Saatnya bersatu, akhi-ukhti. Tak peduli kamu HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), Ikhwan (Ikhwanul Muslimin),
Ahlussunnah, Wahabi, dlsb. Selama kita di Indonesia, di sinilah pijakan kita.
Kita tak layak berdiam diri. Sama tak layaknya seperti ketika
kita berdiam diri perihal Palestina atau penistaan agama oleh oknum politisi.
Karena saat ini, Islam pun dinistakan dan dihancurkan lewat bentuk terorisme.
Saatnya bersatu untuk bukan lagi saling melemahkan, tapi
berpegangan tangan, berangkulan menjadi Humas yang baik bagi agama warisan Nabi
terakhir ini. Dengan memperbanyak amaliyah kebaikan, tebar senyuman, uluran
tangan bagi yg membutuhkan, seraya menyapa umat di sekitar kita.
Ramalan Nabi, di penghujung zaman, umat ini memang
tercerai-berai. Namun, paling nggak, bukan di lingkungan kita.
sangat bermanfaat buat saya.terimakasih
ReplyDeletealhamdulillaah.. terima kasih
Delete