Teknologi ini pastinya masih belum jadi yang tercanggih. Karena, seiring waktu dan meningkatnya kemampuan manusia, teknologi akan terus berevolusi makin maju. Untuk koneksi 4G saja, walau kita baru mulai menikmatinya, tahun depan sudah akan muncul generasi yang lebih maju lagi, 5G.
Manusia boleh berbangga dengan penemuan hebat ini, tapi kita tampaknya tetap harus menunduk kalau dibandingkan dengan teknologi yang sudah ditemukan Tuhan. Ya, sekitar 1400-an tahun lalu, saat manusia masih berkomunikasi lewat bantuan surat-menyurat melalui kurir atau burung merpati, Tuhan sudah membisiki Rasul-Nya, Muhammad, tentang teknologi komunikasi yang sekarang sedikit sudah mendekatinya.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” ( QS. Al-Baqarah: 186).
Dengan gamblangnya, Tuhan menyebut bahwa Ia dekat pada kita. Bahkan di sebuah firman-Nya yang lain disebutkan bahwa Tuhan lebih dekat dari urat leher kita. Tentu kata-kata ini bermakna implisit, bukan berarti Tuhan benar-benar ada di dekat kita.
Merujuk pada teknologi komunikasi yang ada sekarang, kata "dekat" ini bisa jadi berarti Tuhan memiliki teknologi yang berkali lipat lebih canggih dari koneksi 5G. Yang bahkan bisa menembus galaksi yang jaraknya milyaran tahun cahaya dalam waktu sepermilyarsekian detik. Bahkan, bisa jadi, sebelum kita benar-benar menyadarinya, pesan komunikasi kita pada Tuhan sudah sampai.
Ada yang unik lagi dari firman Tuhan di atas. Nggak seperti ayat Al Quran lainnya, di mana Tuhan selalu menyebut diri-Nya dengan kata "Kami" atau menitipkan pesan melalui Rasul-Nya, di ayat ini Dia menyebut diri-Nya dengan "Aku".
Dalam bahasa Arab, kata "Kami" bukan menunjukkan kata jamak, tapi menegaskan kekuatan, kebesaran, atau sesuatu yang tinggi di antara yang lain. Dengan kata lain, di ayat ini, Tuhan berusaha "mengecilkan" diri-Nya. Mensejajarkan diri-Nya untuk sepadan dengan kita. Menunjukkan kerendahan hati-Nya.
Kata "Aku" juga menegaskan kalau nggak ada batasan yang mau Dia ciptakan antara kita dengan-Nya. Ya, soal bertanya tentang-Nya atau meminta sesuatu pada-Nya, Tuhan nggak meminta kita menggunakan perantara. Dia nggak meminta kita berkirim surat pada-Nya. Dia nggak minta kita untuk menitipkan doa kita pada Rasul-Nya. Dia juga nggak minta kita menyampaikan pesan kita melalui para alim-ulama, ustaz, kyai, habib, dan lain sebagainya. Dia meminta kita langsung menyampaikan pesan pada-Nya. Karena Ia begitu dekat.
Lalu, dari sini muncul pertanyaan. Kalau memang Tuhan begitu dekat dan pesan kita tanpa perantara sampai pada-Nya, kenapa ada pertanyaan kita atau permohonan kita yang nggak atau belum terkabul? Apakah ada delay atau jangan-jangan salah alamat?
Dari firman-Nya terbaca, pesan kita pasti sampai. Karena Dia menjamin doa kita pasti tercapai. Tentunya dengan syarat yang sudah Ia sebutkan. Dua syaratnya, memenuhi segala perintah-Nya dan beriman kepada-Nya.
Syarat ini bukanlah permintaan yang mengada-ada. Mari kita ambil contoh dengan teknologi komunikasi yang kita punya sekarang. Agar pesan kita sampai melalui jaringan 4G ke rekan kita di tempat bermil-mil jauhnya, kita pun diharuskan memenuhi persyaratannya.
Misal, kita harus punya ponsel. Lalu, kartunya pun haruslah USIM 4G. Selanjutnya, kita harus ada di area yang ter-cover jaringan 4G. Syarat ini masih belum selesai. Setelah kita mempunyai semuanya, kita diharuskan membeli pulsa untuk berlangganan paket data yang artinya kita harus percaya pada provider yang kita gunakan bahwa pesan kita pasti sampai dengan harga pulsa yang sudah kita bayarkan.
Iman, yang merupakan bahasa Arab, berarti percaya. Artinya, syarat yang diajukan Tuhan bukan syarat mengada-ada. Dia meminta kita memenuhi perintah-Nya atau panduan-Nya seperti memiliki ponsel, USIM 4G, dan ada di area 4G tadi. Dan, beriman atau percaya pada-Nya, seperti kita mempercayakan uang kita ditukar dengan paket data. Make sense, right?
Pertanyaan terakhir, sampai sekarang, kita belum tahu teknologi apa yang Tuhan gunakan sehingga Ia bisa begitu dekat dengan kita dan syarat yang Ia ajukan cukup unik. Untuk mengetahuinya, manusia mungkin masih butuh waktu milyaran tahun lagi. Atau, kita bisa melihatnya langsung saat perjumpaan dengan-Nya di akhirat nanti.
Wallohu a'lam bisshowab.
*terinspirasi dari khotbah Jumat
No comments:
Post a Comment