Buat kamu yg nggak suka adegan sadis, dilarang nonton
film ini. Buat kamu yg nggak suka orang nyinyir, jangan nonton film ini. Tapi
kalau kamu mau beranjak dari kursi nyamanmu dan melihat dunia dari sudut
pandang lain, silakan bergegas ke bioskop dan tonton Deadpool 2.
Nggak seperti film 212 Power of Love yg menjelaskan cinta
secara 'lurus' dan baik-baik, Deadpool 2 menempuh caranya sendiri. Dengan
darah, kekerasan, pengkhianatan, kematian. Namun, walau film ini sadis,
sejatinya bukan Deadpool yg melakukannya. Itu sebabnya, walau dibalut
kekerasan, Deadpool yg diperankan Ryan Reynolds membaca script ini dengan
tegas:
'Deadpool 2 adalah film keluarga'.
Pada dasarnya, Stan Lee menciptakan karakter Deadpool sbg
antjtesis dr Spider-Man. Superhero berkostume biru-merah yg kekanak-kanakan
tapi merasa bertanggung-jawab penuh utk memelihara kebaikan dan perdamaian di
lingkungannya. Ia tak segan memberantas semua musuhnya demi mencapai hal ini.
Dengan satu syarat, tak ada satu pun yg terluka, baik itu penjahat maupun
korbannya. Maklum, Peter Parker adl seorang pemuda yg traumatis akibat kematian
pamannya.
Lain halnya dg Deadpool. Kemunculannya sbg anti-hero
berkostum merah-hitam penuh dengan pengkhianatan dan penyiksaan. Ia pun
kemudian hadir jadi sosok pemberantas kejahatan demi balas dendamnya sekaligus
mencegah agar nggak ada org yg bernasib sama sepertinya. Bedanya, Deadpool
tegas pada pelaku kejahatan. Kematian adl jawaban bagi mereka.
Namun, ada satu hal yg dipegang teguh oleh Deadpool dan
itu pesan yg ia bawa di Deadpool 2. Satu hal yg sangat tipis batasannya. Ia
masih percaya pada kesempatan kedua, kesempatan utk penjahat melakukan
pertobatan dan memperbaiki kesalahan.
Kebetulan, saya nggak baca komik Deadpool. Namun saya
menemukan esensi sifat Deadpool ini beberapa di video game Deadpool yg saya
mainkan. Kepada penjahat yg tak menikam balik padanya, ia memberikan kesempatan
penjahat itu utk lari. Walau kemudian, ujung-ujungnya ia kembali dikhianati
oleh penjahat tsb.
Kenaifan ini muncul di Deadpool 2. Ia mati-matian
bersikukuh membela seorang anak yg katanya di masa depan jadi pembunuh kelas
kakap. Ia bahkan rela mengorbankan diri sendiri utk menyelamatkan anak ini,
memberikannya kesempatan kedua, dan membuktikan pada dunia bahwa anak tsb
bukanlah pembunuh di masa depan.
Kita boleh saja benci pada semua kejahatan dan semua
penjahat. Kita benci pada atribut penjahat, sifat, dan kelakuannya. Namun, pada
akhirnya yg membuat orang lain tampak jahat adalah pikiran kita sendiri. Yg
membuat orang lain meneruskan kejahatan adl pikiran kita, penilaian kita
sendiri.
Deadpool mati mempertahankan keyakinannya ini. Tapi ia
mewariskan pesan yg teramat mulia. Ampunilah orang bersalah karena
ketidaktahuannya.
Kalau Deadpool harus mati, kita nggak perlu mati. Kita
cuma cukup mengganti sedikit tune pola pikir kita. Untuk tidak menjadi jahat
walau di level pikiran: suudzon.
No comments:
Post a Comment