Pages

19 May, 2018

Belajar dari Deadpool 2 (Spoiler Alerts)





Buat kamu yg nggak suka adegan sadis, dilarang nonton film ini. Buat kamu yg nggak suka orang nyinyir, jangan nonton film ini. Tapi kalau kamu mau beranjak dari kursi nyamanmu dan melihat dunia dari sudut pandang lain, silakan bergegas ke bioskop dan tonton Deadpool 2.

Nggak seperti film 212 Power of Love yg menjelaskan cinta secara 'lurus' dan baik-baik, Deadpool 2 menempuh caranya sendiri. Dengan darah, kekerasan, pengkhianatan, kematian. Namun, walau film ini sadis, sejatinya bukan Deadpool yg melakukannya. Itu sebabnya, walau dibalut kekerasan, Deadpool yg diperankan Ryan Reynolds membaca script ini dengan tegas:

'Deadpool 2 adalah film keluarga'.

Pada dasarnya, Stan Lee menciptakan karakter Deadpool sbg antjtesis dr Spider-Man. Superhero berkostume biru-merah yg kekanak-kanakan tapi merasa bertanggung-jawab penuh utk memelihara kebaikan dan perdamaian di lingkungannya. Ia tak segan memberantas semua musuhnya demi mencapai hal ini. Dengan satu syarat, tak ada satu pun yg terluka, baik itu penjahat maupun korbannya. Maklum, Peter Parker adl seorang pemuda yg traumatis akibat kematian pamannya.

Lain halnya dg Deadpool. Kemunculannya sbg anti-hero berkostum merah-hitam penuh dengan pengkhianatan dan penyiksaan. Ia pun kemudian hadir jadi sosok pemberantas kejahatan demi balas dendamnya sekaligus mencegah agar nggak ada org yg bernasib sama sepertinya. Bedanya, Deadpool tegas pada pelaku kejahatan. Kematian adl jawaban bagi mereka.

Namun, ada satu hal yg dipegang teguh oleh Deadpool dan itu pesan yg ia bawa di Deadpool 2. Satu hal yg sangat tipis batasannya. Ia masih percaya pada kesempatan kedua, kesempatan utk penjahat melakukan pertobatan dan memperbaiki kesalahan.

Kebetulan, saya nggak baca komik Deadpool. Namun saya menemukan esensi sifat Deadpool ini beberapa di video game Deadpool yg saya mainkan. Kepada penjahat yg tak menikam balik padanya, ia memberikan kesempatan penjahat itu utk lari. Walau kemudian, ujung-ujungnya ia kembali dikhianati oleh penjahat tsb.

Kenaifan ini muncul di Deadpool 2. Ia mati-matian bersikukuh membela seorang anak yg katanya di masa depan jadi pembunuh kelas kakap. Ia bahkan rela mengorbankan diri sendiri utk menyelamatkan anak ini, memberikannya kesempatan kedua, dan membuktikan pada dunia bahwa anak tsb bukanlah pembunuh di masa depan.

Kita boleh saja benci pada semua kejahatan dan semua penjahat. Kita benci pada atribut penjahat, sifat, dan kelakuannya. Namun, pada akhirnya yg membuat orang lain tampak jahat adalah pikiran kita sendiri. Yg membuat orang lain meneruskan kejahatan adl pikiran kita, penilaian kita sendiri.
Deadpool mati mempertahankan keyakinannya ini. Tapi ia mewariskan pesan yg teramat mulia. Ampunilah orang bersalah karena ketidaktahuannya.

Kalau Deadpool harus mati, kita nggak perlu mati. Kita cuma cukup mengganti sedikit tune pola pikir kita. Untuk tidak menjadi jahat walau di level pikiran: suudzon.

No comments:

Post a Comment